p
Kami membanting setir ke kiri sekaligus melesat miring masuk gigi tiga penuh dengan kecepatan 170km/jam. Dari motor Hondaku, aku Cuma bias melihat bagian atas knalpot motor Yamaha. Ia masih didepanku, bahkan hingga pada tikungan di atas bukit itu yang kalau cakwala mulai menghilang, kamu akan segera lenyap juga di baliknya. Aku masih ketat menempel di belakangnya. Itulah saat paling menentukan bagi delapan pembalap yang kemudian tinggal kami berdua : aku dan Max Biagii.
[download]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar